Jumat, 07 Januari 2011

Seminar Hypno-Birthing: Melahirkan Tanpa Rasa Sakit


Seminar HYPNO-BIRTHING
“MELAHIRKAN ALAMI TANPA RASA SAKIT”


LATAR BELAKANG
Melahirkan tanpa rasa sakit? Rasanya mustahil. Namun, dengan teknik hypno-birthing hal itu sangat
dimungkinkan. Hypno-birthing menuntun ibu hamil untuk menjalani kehamilan dengan tenang. Dengan menanamkan sugesti positif, ibu hamil mampu mengatasi rasa mual, muntah, dan pusing di awal kehamilan serta mengontrol rasa sakit saat kontraksi rahim dan persalinan. Bahkan, hypno-birthing bisa membantu janin keluar dari lilitan tali pusat.
Puspa Swara melalui imprint Pustaka Bunda menerbitkan buku khususkesehatan, ibu-anak ingin berbagi pengetahuan kepada masyarakat tentang manfaat hypno-birthing melalui launching buku dan seminar hypnobirthing. Kegiatan seminar ini diharapkan dapat membantu ibu melahirkan
alami tanpa rasa sakit.

WAKTU & TEMPAT
Marketing Gallery Apartemen Casa Grande Residence
Jl. Casablanca Raya Kav. 88 Jakarta Selatan 12870
Hari Sabtu, 05 Februari 2011
Waktu: 09.00-11.30

Acara:
Moderator Arzeti Bilbina
09.05-09.35 WIB Natural Pregnancy (Kehamilan Alami) oleh dr. Boy Abidin, SpOG (dr spesialis kandungan)
09.35-10.30 WIB Melahirkan Alami Bayi Sehat Tanpa Rasa Sakit oleh Lanny Kuswandi (penulis dan pengembang Hypno-Birthing)

Pendaftaran via telp (021) 8729060 (Nana), 08122790535 (Tammy), (021) 87744463 (Arrie), dan 08121891445 (Septi). E-mail: promosi @puspa-swara.com
TIKET: Rp 100.000,-/orang atau Rp 150.000,-/pasangan
(Biaya sudah termasuk Buku “Keajaiban Hyno-Birthing, makalah, goody bag, dan snack).

Dapatkan doorprize pada saat acara berlangsung!

Jumat, 29 Januari 2010

Jakarta oh Jakarta


Guys,
Prediksi PBB atau United Nations nich, pada tahun 2015 akan ada 358 ribu kota (besar dan kecil) di seluruh dunia. Nah, 153 ribu diantaranya berada di benua Asia. Dari ratusan ribu kota ini, 27 di antaranya adalah mega-cities atau megapolitan, dan 18 megapolitan di antaranya ada di Asia. Satu di antara megapolitan itu adalah Jakarta. Jeng...jeng...

Jakarta memang sudah sejak akhir tahun 1980-an berkembang menjadi megapolitan, dengan wilayah ekspansi mencakup Bogor, Tangerang, Depok, dan Bekasi. Bahkan dapat dibilang kini ekspansinya sudah meluas lagi mencapai Karawang ke arah timur, Sukabumi ke arah selatan, dan provinsi Banten ke arah barat.

Bahkan ke arah utara yang merupakan lautan pun tak kurang terambah pula, dengan menguruk sebagian Laut Jawa menjadi daratan baru, lalu disulap menjadi kawasan bisnis dan pemukiman eksklusif.

Selama ini, banyak kajian (pendekatan) perencanaan tata ruang kota Jakarta selalu mengintegrasikan wilayah penyangga yang sudah disebut di atas, ditambah kawasan Puncak dan Cianjur. Dua wilayah ini disertakan karena merupakan area kunci dan penting yang menentukan berhasil atau gagalnya penataan ruang di Jakarta, terutama ketersediaan air dan pengelolaan bencana banjir.

Dalam perjalanannya selama 3 dekade terakhir melebar, Jakarta secara horizontal dengan dramatis, meskipun 3 tahun belakangan gerakan ke arah vertikal juga tak kalah pesat, terutama di tengah kota. Namun, perkembangan kota ke arah vertikal ini masih belum teruji dengan valid, mengingat tren hidup di tengah kota masih belum menjadi kultur baru warga kota pada umumnya.

Dari sisi konsumsi energi, kota yang mekar secara horizontal seperti Jakarta akan memerlukan energi yang lebih besar untuk menghidupi penduduknya, baik untuk keperluan listrik, transportasi, pendidikan, penyediaan makanan, sampai dengan penyediaan fasilitas hiburan.

Sementara kota-kota yang sudah “matang” di Amerika, Eropa, atau Australia seperti Houston, Detroit, Los Angeles, San Francisco, Washington, New York, Toronto, Perth, Sydney, Paris, London, Hamburg, Brussel, memiliki tingkat efisiensi yang tinggi dalam hal penggunaan lahan dan konsumsi energi per penduduk per tahun karena pemekaran kota dilakukan secara vertikal.

Dimensi Penataan Kota
Menurut arsitek M. Ridwan Kamil, perencanaan kota memerlukan tiga dimensi penting yakni Economy, Ecology, dan Social Equality. Jika ingin mengetahui lebih detail, indikator untuk menilai baik buruknya perencanaan kota meliputi
-penggunaan/penataan lahan yang tepat,
-efisiensi energi,
-penggunaan air dan pengelolaan drainase,
-kualitas udara yang sehat,
-pengelolaan transportasi yang tertata,
-penyediaan ruang terbuka hijau,
yang semuanya dilandasi dengan peraturan/kebijakan yang konsisten.

Dari sisi kebijakan, UU, PP (peraturan pemerintah), dan aneka peraturan daerah, masih menimbulkan sejumlah pertanyaan seperti sisi penegakan dan konsistensi pelaksanaannya di lapangan.
Masih banyak pengembang yang melanggar peruntukan tataguna lahan di tengah kota, mengubah ruang terbuka hijau menjadi bangunan tertutup, mengubah situ/danau menjadi kawasan komersial.
Peraturan dan pengelolaan kependudukan terlihat carut marut dan compang-camping, sementara kewajiban membuat sumur resapan pada setiap hunian di kota juga tak berjalan efektif. Banyak bangunan cagar budaya dihancurkan untuk kepentingan bisnis. Singkat kata, kota ini seolah-olah berjalan tanpa arah, tanpa aturan.
Padahal, arah atau visi adalah mutlak dalam membangun sebuah kota yang beradab. Marco Kusumawijaya, arsitek sekaligus intelektual yang banyak bergelut dengan masalah perkotaan, mengungkapkan, visi tentang kota di masa depan ini tak terkira pentingnya, karena akan memandu kota bergerak ke arah depan, termasuk di dalamnya menyelesaikan masalah-masalah yang muncul sekarang.
“Untuk menyelesaikan masalah banjir, kita memerlukan visi tentang pengelolaan air secara komprehensif untuk 100 tahun ke depan,” tulis Marco di Majalah Tempo, 22-29 Juni 2009. Sementara keruwetan lalu lintas sekarang ini dapat dipecahkan dengan membuat kebijakan transportasi yang dapat menjawab kebutuhan hingga akhir abad ini.

Manusia Sebagai Subjek Penataan Kota
Entitas (aset sebuah kota) terdiri atas banyak hal, mulai dari manusia, sumber daya alamnya, lingkungannya, juga sosial, kebudayaan, teknologi, intelektualitasnya. Namun dari sekian banyak aset, manusia dan interaksi antarmanusianya merupakan subjek terpenting dalam perencanaan ruang atau perencanaan kota. Kota bukanlah sebuah ruang statis melainkan organik yang hidup justru karena adanya interaksi antarmanusia di dalamnya. Interaksi antarwarga ini memerlukan syarat yakni tersedianya ruang untuk saling melakukan transaksi sosial dan ekonomi.
Dari situlah, paradoks tentang Jakarta sebagai sebuah kota mulai tampak terendus. Bila manusia merupakan aset atau subjek terpenting dalam suatu peradaban kota, di Jakarta, manusia justru menjadi problem terbesar akibat ledakan urbanisasi yang tidak terkendali, yang kemudian melahirkan aneka persoalan lain yang tak kalah pelik untuk ditangani. Bilamana ruang untuk melahirkan suatu transaksi sosial dan ekonomi antarwarga menjadi keharusan, di Jakarta, ruang-ruang tersebut tercerabut secara paksa karena pelbagai alasan. Yang terjadi adalah ruang-ruang transaksi privat yang tidak melibatkan banyak warga, dan kebanyakan transaksi selalu bermotif ekonomi, sehingga solidaritas sosial dan toleransi antarwarga berkembang menjadi sedemikian buruk. Bila tolok ukur pembangunan fisik dijadikan patokan, setiap tahun puluhan mal dan gedung dibangun, pusat perbelanjaan didirikan, triliunan rupiah dibelanjakan, tetapi kesejahteraan masyarakat justru menurun seiring dengan berjalannya waktu dan bertumbuhnya gedung-gedung.

Pesimisme
Di tengah remuk redamnya tatanan sosial dan tata ruang Jakarta seperti itu, masih adakah harapan untuk membuat wajah kota ini menarik untuk ditinggali? Masih adakah kesempatan untuk mengoreksi kekeliruan yang sudah tertimbun berpuluh-puluh tahun?
Banyak pihak yang pesimis bahwa penataan ulang ruang di Jakarta dapat mengembalikan kota ini menjadi normal dan manusiawi. Faktor-faktor yang membuat pesimisme itu menyeruak adalah buruknya mentalitas birokrasi yang memegang otoritas dalam penataan ruang, inkonsistensi kebijakan dan keputusan dalam pengelolaan ruang di Jakarta, biaya yang terlalu besar untuk merestorasi tata ruang Jakarta, terbatasnya anggaran yang dialokasikan untuk merestorasi ulang problem tata ruang, dan perilaku warganya yang semakin egois dan individualis.
Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) untuk kota Jakarta sebenarnya sudah harus diperbaharui lagi setelah 2010. Pembaharuan memerlukan perubahan paradigma dan pendekatan yang revolusioner untuk dapat mengembalikan Jakarta menjadi lebih manusiawi dan layak huni. Beban Jakarta sudah terlalu berat sebagai kota dengan segala macam fungsi dan atribut, sehingga diperlukan keberanian dan cara berpikir out of the box supaya ia bisa keluar dari ancaman “kiamat kecil” dalam bentuk banjir, polusi udara, kemacetan, dan kriminalitas.
Presiden Soekarno pada tahun 1953 secara visioner sudah melihat bahwa ke depan Jakarta tidak akan mampu menanggung beban sebagai ibukota negara, pusat kegiatan ekonomi dan sosial, sentrum aktivitas politik dan kebudayaan, dan jantung dari segala aktivitas manusia. Karenanya ia mengusulkan dipindahkannya ibukota/pusat pemerintahan negara ke Kalimantan Tengah, di kota Palangkaraya.
Pemerintahan Soeharto pun pada pertengahan tahun 1990-an sempat memunculkan wacana relokasi pusat pemerintahan ini ke wilayah Jonggol, Jawa Barat. Meskipun secara visi gagasan memindahkan pusat pemerintahan keluar kota Jakarta tidaklah sebrilian ide Soekarno, namun kemunculan gagasan itu sendiri pada waktu itu semestinya perlu mendapat apresiasi mengingat ide relokasi ini ternyata adalah ide yang berkesinambungan dari dua pemerintahan awal republik ini. Gagasan pemindahan pusat pemerintahan itu sendiri pada akhirnya terkubur dalam-dalam setelah era reformasi dan tidak terdengar lagi hingga sekarang.

Tiga Masalah Besar
Penataan ruang di Jakarta menghadapi tiga masalah pelik yang tidak dapat tertangani secara sektoral mengandalkan pendekatan parsial semata-mata. Masalah pertama adalah ekspansi kapital yang masif dan menumpuk hanya pada wilayah administrasi DKI Jakarta saja. Lebih parah lagi, ekspansi kapital tersebut tidak memikirkan daya dukung infrastruktur lainnya seperti transportasi, ketersediaan air, penanganan polusi udara, dan penyediaan hunian yang layak untuk warganya.
Berdasarkan risest Procon Indah, perusahaan konsultan properti terkemuka, pada tahun 2010 diperkirakan akan dibangun 13 pusat perbelanjaan/keramaian baru. Dari 13 lokasi pusat keramaian tersebut, 40% ada di wilayah Jakarta Utara, 20% di Jakarta Selatan, 18 di Jakarta Pusat, dan sisanya di Jakarta Barat dan Timur. Dengan penambahan pusat perbelanjaan itu, luas pusat perbelanjaan di Jakarta akan mencapai 3,33 juta meter persegi.
Kehadiran pusat perbelanjaan baru ini akan semakin menyeret Jakarta jauh dari ketentuan Undang-Undang No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang mensyaratkan bahwa 30% dari wilayah DKI Jakarta harus dialokasikan sebagai ruang terbuka/ruang publik. Dengan luas pusat perbelanjaan sebesar 3,33 juta meter persegi, artinya setiap dengan jumlah penduduk sekitar 10 juta, setiap 3 warga akan mendapatkan 1 meter persegi “ruang di pusat perbelanjaan”, bukan di ruang terbuka. Dibandingkan dengan luas wilayah DKI jakarta yang hanya 740,28 km persegi, seharusnya area yang dialokasikan untuk ruang terbuka mencapai 246,76 km persegi. Saat ini persentese ruang terbuka hijau tidak lebih dari 10% atau kurang dari 74 km persegi.
Masalah kedua adalah buruknya sistem transportasi umum. Mobilitas kurang lebih 10 hingga 12 juta warga Jakarta dan sekitarnya setiap hari kerja memunculkan persoalan serius, baik dari sisi keselamatan, keamanan, dan kenyamanan warga. Kantor berita Antara melansir, kerugian yang ditimbulkan akibat sistem transportasi yang buruk dan kemacetan mencapai Rp. 28,1 triliun per tahun. Berikut ini rincian kerugian yang diakibatkan oleh kemacetan di Jakarta.

Upaya untuk membenahi sektor transportasi dan lalu lintas di Jakarta tidak pernah menyentuh akar persoalan dan didekati komprehensif, sehingga dari waktu ke waktu kemacetan justru menjadi semakin parah. Pada jam sibuk, kendaraan bergerak rata-rata di bawah 15 km/jam karena beban jalanan yang tidak lagi dapat menampung volume kendaraan yang melintas. Penambahan jalan baru tidak sebanding dengan peningkatan jumlah kendaraan.

Sementara penggunaan kendaraan pribadi pun tidak terhindarkan lagi mengingat layanan transportasi umum yang tersedia sangatlah buruk, tak memberikan rasa aman dan nyaman bagi warga, apalagi menjadikannya sebagai pilihan utama mobilitas. Mereka umumnya menggunakan angkutan umum sebagai alternatif terakhir. Dalam kondisi seperti itu, ketertiban berlalu lintas juga terus memburuk dari tahun ke tahun akibat sikap individualistik dan egoistik dari sebagian pengguna jalan.

Pelbagai solusi pernah dicobakan untuk mengurai kemacetan di Jakarta, mulai dari lintasan khusus bus kota, subsidi BBM untuk angkutan umum, penerapan jalur 3 in 1 di beberapa jalan protokol, sampai dengan moda transportasi Transjakarta yang dibuat jalur khusus. Beberapa alternatif gagasan pernah juga dimunculkan, seperti penerapan tarif khusus (electronic road pricing) di beberapa ruas jalan, penggunaan nomor ganjil dan genap untuk kendaraan bermotor, pembatasan kendaraan roda dua di beberapa ruas jalan, namun semuanya tidak pernah menyentuh akar persoalan. Pemerintah DKI Jakarta juga pernah berencana membangun sistem transportasi monorail, tetapi nasibnya malah lebih mengenaskan lantaran layu sebelum berkembang.

Masalah ketiga yang juga tak kalah pelik adalah pengelolaan air untuk warga, termasuk di dalamnya pengendalian banjir. Jakarta telah menjadi seperti raksasa yang lumpuh setelah diterjang banjir hebat pada tahun 2002. Sejak saat itu, seluruh sistem saluran air dan drainase seolah-olah tidak lagi mampu memecahkan hujan yang datang hanya dalam hitungan 1-2 jam saja. Begitu hujan tiba, kemacetan langsung menyergap, air menggenang di beberapa kawasan, baik jalanan maupun pemukiman. Bandara dengan mudah lumpuh akibat dikepung hujan sesaat, dan semua kegiatan warga kota nyaris berhenti total karena disibukkan dengan urusan air tak diundang ini.

Repotnya, dalam urusan banjir yang multidimensi ini, menuding pihak lain adalah cara pintas yang sering ditempuh, karena dengan menimpakan persoalan kepada pihak lain, seolah-olah pihak yang bertanggung jawab tadi sudah menyelesaikan tanggung jawabnya.

Integratif
Dari seluruh masalah yang terpapar di atas, muncul pertanyaan besar, mengapa tidak dengan segera melakukan pendekatan yang integratif dan struktural dalam mengatasi problem kota Jakarta ini? Pemerintah pusat membebankan persoalannya kepada pemerintah provinsi DKI Jakarta. Pemerintah provinsi menuding provinsi atau kabupaten lain yang menyumbang persoalan terbesar di Jakarta. Pemerintah provinsi atau kabupaten/kota di sekeliling Jakarta juga cuci tangan karena menganggap persoalan ini bukan persoalan mereka. Dan pada akhirnya, wargalah yang paling banyak menderita kerugian.
Kondisi tata ruang Jakarta sesungguhnya sudah masuk tahap gawat darurat. Menggunakan pendekatan tata ruang dan wilayah yang tidak dapat menerobos kendala administrasi dan struktural hanya akan membuat Jakarta akan hancur dalam hitungan waktu singkat.

Masalah penataan ruang di Jakarta pertama-tama adalah urusan pemerintah pusat, karena bagaimanapun juga Jakarta adalah wajah depan dari negeri ini, indikator dari segala macam urusan dan potret utama tentang Indonesia. Seharusnya, pemerintah pusat berani keluar dari cara berpikir lama dengan membuat suatu otoritas terpusat yang memungkinkannya mengatasi ego kewilayahan, kendala birokrasi antardepartemen, dan mencari solusi yang sifatnya menyeluruh.

Dimensi integratif inilah yang belum pernah dicobakan dan barangkali hanya itulah satu-satunya cara untuk menyelamatkan Jakarta, dan dengan demikian menyelamatkan negeri ini dari kerusakan yang lebih parah. Menyelamatkan manusia-manusia sebagai subjek dalam penataan ruang dan mengembalikannya sebagai warga kota yang memiliki martabat, bertoleransi, dan berbudaya.

Kamis, 22 Oktober 2009

Bersantai di Kursi Becak






Dari namanya, kursi becak atau yang biasa disebut kursi jenki memiliki kesan unik dan jenaka. Dengan embel-embel “becak”, perabot yang satu ini memang memiliki bentuk seperti kursi yang ditempatkan pada sebuah kendaraan tradisional, becak. Lalu, bayangkan kursi ini hadir memenuhi ruang tamu atau teras rumah Anda.
Bagi mereka yang tak terbiasa naik becak barangkali merasa geli atau jengah membayangkan duduk di kursi ini. Namun untuk Anda yang sudah biasa kemana-mana naik becak, bisa jadi tak menolak duduk bersantai di kursi yang unik ini.
Ada yang menyebutnya kursi becak, namun tak sedikit yang menjuluki kursi jenki. Ya, sebagian masyarakat memang ada yang lebih sreg menyebut nama kursi kedua. Alasannya, bentuk kursi ini agak melenceng dari desain “paten” sebuah kursi yakni dua kaki belakang melengkung keluar. Akibatnya, kursi ini dikenal juga dengan sebutan jenki.
Kata “jenki” sebenarnya plesetan dari kata “yankee” artinya sebutan untuk orang Amerika. Namun, bukan berarti kursi ini berasal dari negara Paman Sam. Maksudnya disini, bentuk kursi ini tergolong unik dan diyakini jauh berbeda dengan kursi-kursi umumnya di Indonesia. Jadilah si kursi becak ini mendapat predikat tambahan, kursi jenki.
Ingin tahu siapa saja yang menjadi penggemar kursi unik ini? Enggak tanggung-tanggung, Presiden pertama RI, Bung Karno! Pria yang juga dikenal negarawan sekaligus orator ulung ini juga piawai mendesain mebel termasuk kursi jenki. Hingga kini, hasil karyanya masih terawat dengan baik di Istana Bogor.
Mengenai bahan pembuatnya, kursi ini dibuat dari kayu jati yang solid. Untuk bagian jok, ada beberapa pilihan bahan yang menjadi jodohnya kursi becak yakni rotan ataupun busa disertai per lentur sehingga tak menyulitkan orang berdiri setelah duduk. Tampilan rotan pada jok akan membuat kursi jenki tampil semakin eksotik namun tetap ergonomis. Selain kayu jati, kursi becak ini juga bisa terbuat dari kayu sonokeling yang berwarna serat hitam.
Bicara soal kursi becak, tak melulu membahas kenyamanan. Apalagi kini banyak orang menggunakan perabot unik karena terkesan penampilannya. Nah, kursi becak mewakili pilihan yang oke untuk dijadikan pemanis interior rumah. Bahkan furnitur yang biasanya hanya digunakan pada rumah tradisional ini sekarang ‘naik pangkat’ dengan menempati rumah-rumah minimalis.
Kursi ini sengaja dibuat dari bahan kayu berkualitas nomor satu karena membutuhkan bentuk presisi yang jelas dan kuat. Untuk itu, potongan kayu jati ini sebaiknya harus benar-benar kering sehingga siap digunakan sehingga selanjutnya dapat dibentuk menjadi perabot.


Dahulu dan Kini
Meskipun bentuknya tradisional, kursi becak mampu menembus perkembangan waktu sehingga kini pun masih banyak orang yang menggunakannya. Bedanya kursi becak pada jaman dulu dan sekarang yakni ada perubahan pada bagian belakang punggung kursi. Kini, bagian belakang kursi becak tak lagi tampak paling menonjol karena dibuat lebih simpel namun tetap ergonomic.
Karena bentuknya yang lebih sederhana, kursi becak bisa diaplikasikan pada berbagai rumah, misalnya rumah minimalis, rumah bergaya alami, dan sebagainya. Oya, kursi ini tetap berkesan gagah sehingga masih terlihat sopan dan elegan untuk dijadikan kursi penerima tamu.


Bagaimana cara menempatkannya?
Kursi becak sejatinya kursi yang telah digunakan oleh banyak orang sejak puluhan tahun lalu. Oleh karena itu, wajar jika Anda kini mendapatkannya di pasar barang bekas, atau gudang dan kursi ini dalam keadaan lusuh, jok rusak, kusam, dan sebagainya.
Jika Anda beruntung, ada variasi kursi becak yang bisa memuat 2-3 orang dan juga kursi becak lipat. Yang terakhir ini bisa digunakan pada ruangan yang mungil karena bisa dilipat saat tidak digunakan dan bisa dipindah-pindah.
Dengan sedikit kreativitas, Anda bisa memakainya kembali. Bisa saja Anda mengganti jok kursi dengan anyaman rotan yang baru atau bahan lain seperti kulit, kain, dan sebagainya. Jika masih kurang nyaman, Anda juga bisa menambahkan bantal imut di setiap kursi sebagai pengganti jok.
Oya, padukan 2 hingga 4 kursi becak ini dengan sebuah meja cilik berbentuk bundar dan masih dari bahan kayu jati. Pastinya, Anda akan mendapatkan satu set perabot tradisional yang nyaman digunakan dan indah dipandang.


(Ari Dwi Astuti/berbagai sumber)
Foto: dokumen.net

Senin, 28 September 2009

Bersih-Bersih Rumah Setelah Berlebaran

Seiring dengan berlalunya Hari Raya, kini waktunya bagi Anda untuk kembali menjalani aktivitas rutin. Sebelum mulai bekerja dan mengantar anak ke sekolah, sebaiknya Anda mengurus rumah yang terlihat kotor dan berantakan akibat menerima kedatangan banyak tamu selama sepekan lalu.

Anda boleh percaya, boleh tidak, rutinitas membersihkan rumah seperti menyapu, mengepel dan merapikan ruangan bisa dijadikan terapi khususnya wanita. Manfaat yang diperoleh yakni membuat badan dan pikiran menjadi lebih fresh sehingga siap kembali bekerja. Hal ini sudah dibuktikan melalui sebuah penelitian kepada 2000 wanita di Inggris yang didukung penuh oleh Discovery Home and Health.

Nah, kini, sudah siapkah Anda membersihkan rumah demi mendapatkan hunian yang nyaman dan membuat Anda lebih fresh? Kira-kira apa saja yang perlu dibersihkan ya?

- Membersihkan rumah terkesan sepele, namun buat daftar apa saja yang akan dibersihkan sehingga tidak buang waktu dan tenaga Anda. Fokuskan pada ruang tamu, ruang keluarga dan dapur

- Matikan AC/kipas angin, buka pintu dan jendela, buka dan ikatkan korden saat akan mulai membersihkan rumah

- Jika rumah Anda juga dipenuhi dengan aksesori di meja maupun dinding, kumpulkan dulu dalam satu wadah

- Mulailah membersihkan dari arah atas hingga ke bawah bagian rumah. Anda bisa mengawali dengan menyapu langit-langit dan dinding, mengelap jendela dan pintu lalu menyapu lantai. Jika sudah bersih, lap jendela dan pintu dengan kain basah dan pel lantai.

- Khusus untuk membersihkan langit-langit, dinding, atas lemari dan lampu hias, Anda bisa menaiki tangga/bangku sehingga bisa bergerak leluasa dan tidak perlu jinjit.

- Gunakan vacuum cleaner/sapu lidi untuk membersihkan karpet. Atau jika sangat kotor, Anda bisa mencucinya dengan sabun berbahan lembut atau shampoo, lalu gunakan spons lembab untuk membersihkan karpet. Jika sudah bersih dan dijemur hingga kering, gulung karpet (permukaan atas karpet harus berada didalam gulungan). Gunanya untuk mencegah debu melekat kembali.

- Cuci aksesori dengan sabun berbahan lembut sehingga kotoran cepat rontok dan tidak perlu dibilas lama-lama.

- Bersihkan kain penutup sofa (cover). Jika cover dapat dilepas, Anda bisa langsung mencucinya. Namun, apabila cover tak dapat dilepas, bersihkan saja dengan vacuum cleaner. Untuk cover berbahan katun, cuci dengan deterjen dan setrika biar permukaan kain rapi. Sedangkan cover kulit (asli), bersihkan dengan lotion pembersih untuk bahan kulit, lap kering lalu lap basah cover kulit (sintetis).

- Ajak serta buah hati Anda untuk ikut membersihkan rumah. Selain mengajarkan kebersihan dan disiplin, tugas membersihkan rumah menjadi lebih cepat dan menyenangkan.

Setelah rumah bersih, pikiran dan tubuh akan menjadi lebih rileks dan Anda sekeluarga siap beraktivitas kembali.

Benahi Rumah sebelum Hari Raya

Melakukan kegiatan berbenah rumah sudah menjadi kebiasaan menjelang hari raya maupun hari penting lainnya. Bagaimana dengan persiapan di rumah Anda? Apa saja yang Anda lakukan untuk menyambut kemenangan di hari Fitri ini?

Sebenarnya tak perlu membeli perabot mahal atau merenovasi bangunan, karena ada banyak cara membenahi rumah secara hemat. Apa saja yang perlu dibereskan?


* Amati saja keadaan rumah baik yang ada di luar maupun di dalam rumah. Dari obeservasi kecil-kecilan ini, Anda akan mengetahui apa saja yang perlu diperbaiki. Jika dilihat dari luar rumah, Anda bisa menyadari cat pagar masih bagus/tidak, tanaman di halaman depan perlu dirapikan/tidak, carport masih dalam kondisi bagus/tidak, begitu pula dengan lampu taman, bel rumah, gembok pagar, dan lain-lain. Anda bisa mengecat ulang pagar dan gerbang, mengubah dan mengatur ulang tataan pot-pot tanaman/bunga sehingga tampil beda, memotong rumput liar, dan sebagainya.

* Cek juga kondisi teras depan dan teras belakang (jika ada). Apakah lantai di teras masih dalam kondisi yang bagus atau ada yang retak? Bagaimana dengan kursi dan mejanya, apakah masih enak untuk digunakan dan sedap dipandang? Lampu teras masih berfungsi dengan baik/tidak? Bagaimanapun, teras menjadi pusat perhatian tamu ketika berkunjung. Maka jadikan teras Anda tampak menarik dan tidak kalah apiknya dengan ruang tamu.

* Beralih ke dalam rumah, perhatikan mulai dari bagian peneduh rumah, yakni atap. Masihkah berfungsi dengan aman dan nyaman? Cek juga plafon rumah, apakah masih ada yang bocor atau masih dalam kondisi terawat? Jangan lupa memberi suntikan anti rayap sehingga plafon tahan lama dan tidak mengganggu pemandangan di dalam ruang tamu, ruang keluarga, dan ruangan lainnya.

* Perhatikan juga tembok yang ada di seluruh rumah Anda. Bersihkan langit-langit dinding, jangan sampai terlihat sarang laba-laba atau coretan-coretan dari tangan si kecil. Kalau ingin tampil beda, Anda bisa menambahkan wallpaper simpel seperti motif bunga, garis atau polkadot kecil.

* Bersihkan juga korden, sarung bantal, taplak meja dan lampu hias di ruang tamu. Jika biasanya hanya Anda lakukan setahun sekali, kini bersihkan sekali lagi dan lihatlah korden Anda akan tampak seperti baru. Tidak perlu membeli korden baru, bukan? Anda juga bisa membuat tambahan pada sarung bantal, taplak meja ataupun dekorasi lain sehingga tataan meja dan sofa lebih hidup dan lebih menarik.

* Kini, bagaimana dengan pendingin ruangan seperti AC? Cek saja, apakah masih berfungsi dengan baik dan dinginnya masih bekerja maksimal? Anda bisa memanggil teknisi untuk mengeceknya atau membersihkan sendiri.

* Periksa juga ruangan lainnya seperti kamar mandi. Jika septic tank mulai bermasalah, segeralah perbaiki. Lalu gantilah cat kamar mandi (apalagi jika dinding kamar mandi sudah menjamur dan mengelupas) dengan warna-warna netral seperti putih atau krem. Kesannya, toilet akan terlihat lebih bersih.


(Ari Dwi Astuti/berbagai sumber)
Foto: doc.net